#1 Sharing Pengalaman Scalling gigi
Halo. Ada yang punya masalah dengan karang gigi? Iya, memang
menyebalkan jika bermusuhan dengan penyakit gigi yang satu itu. Selain memang
nggak bagus untuk gigi, karang gigi juga membuat kita jadi nggak PD. *pengalamanpribadi
FYI, karang
gigi atau kalkulus gigi terbuat dari plak dan zat kapur yang berada di air
liur. Plak sendiri terdiri dari lapisan bening di gigi dan kuman. Di dalam
mulut kita terdapat lebih dari 350 jenis kuman yang dapat menyebabkan karies. Jika di gigi atau sela-sela gigi terdapat
banyak makanan yang tidak dibersihkan maka kuman akan mencerna makanan
tersebut, lama-kelamaan akan menyebabkan karang gigi.*
Karang gigi
dapat menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal karena penurunan gusi, gusi
bengkak, gusi berdarah terutama saat menyikat gigi, dan halitosis (bau mulut),
serta dapt menyebabkan gigi berlubang. *Wikipedia
Ngeri nggak,
sih?
Padahal aku
juga udah rajin gosok gigi. Atau mungkin cara menggosoknya yang salah? Ah, tau,
deh. Kayaknya sih udah bener.
Jadi, begitu
kakakku menemukan karang gigi yang dengan nyamannya bersarang di gigiku, beliau
langsung menyarankan untuk scalling. Scalling sendiri adalah tindakan untuk
membersihkan karang gigi menggunakan alat-alat yang disebut scaller yang
dilakukan oleh dokter.
Sebenarnya,
udah lama aku pengen membersihkan karang di gigiku. Tapi, nggak jadi gara-gara mendengar pengalaman kakak
iparku dan juga orang-orang yang pernah melakukan scalling. Kata mereka,
rasanya ngilu. Apalagi kalau karang giginya udah membandel kayak punyaku, bisa
sampai keluar darah. Untuk ukuran cewek penakut kayak aku, itu udah cukup untuk
menjadi alasanku mundur. Nggak usah scalling-scalling-an segala.
Itu sebelum
aku tau karang gigi dapat menyebabkan gigi tanggal.
Jadi,
menurut kakakku jika karang gigi nggak dibersihkan, sebelum umur empat puluh
gigiku udah pada abis. Belum lagi masalah-masalah lain yang udah kusebutkan di
atas.
Pilih mana,
scalling atau gigi habis?
Ya, deh.
Akhirnya aku setuju untuk ke RS buat perang melawan karang gigi.
Setelah
mengulur-ulur waktu sampai nggak bisa diulur lagi, pada hari kamis 16 Juni 2016
aku bareng kakakku ke Rumah Sakit di daerah Gunungkidul. Kalian tahulah aku mau
ngapain. Btw, ini adalah pertama kalinya aku mau masuk rumah sakit dengan terpaksa
suka rela tanpa perlu diikat terus digiring. Emangnya kambing?
Kebetulan,
kakakku juga kerja di RS itu jadi aku nggak perlu ngantri lama-lama, deh!
Muehehehe.
Singkat
cerita, tiba-tiba aja aku udah berbaring di kursi pesakitan. Nggak sampai
deg-deg-an parah, sih. Cuma gemetaran aja.
Dokter udah
siap-siap dengan peralatannya. Beliau tanya, “Udah pernah scalling sebelumnya
atau baru pertama kali?”
“Pertama
kali, Dok.” Glek.
Dalam hati
aku juga mikir, “Sesakit apa sih, kira-kira?”
Dan begitu
alatnya dinyalakan, bunyinya udah bikin mental down duluan. ”Mampus!”
“Rileks aja,
ya. Nggak usah tegang. Bernapas seperti biasa lewat hidung.” Kata dokter.
Ya iyalah
lewat hidung, anak SD juga tau, Dok!
“Coba buka
mulutnya.” Perintah Dokter.
Aku nurut
dan langsung merem.
Nggak, kok.
Bukan pingsan. Kalau pingsan kayaknya dokter bakal kerepotan mengoperasi
mulutku.
“Pasti
sering ngunyah pakai yang sebelah kiri.” Komentar dokter dan kujawab ‘he-eh’.
“Gigi yang jarang untuk mengunyah karangnya lebih tebal.”
Dan akhirnya
alat dokter itu menyentuh gigiku.
Awalnya,
nggak terlalu sakit. Sampai aku jadi sombong, “Oh, Cuma segini doang, nih?”
Tapi begitu
si Dokter membersihkan karang yang nempel ke gusi... Gila! Rasanya kayak gusiku
dikorek-korek dengan paksa sampai aku yakin, dahiku udah berkerut-kerut nahan
sakit. Jadi, selain penakut aku juga nggak tahan dengan rasa sakit. Sakit fisik
aja udah belingsatan, apalagi sakit hati. *eh?
Sempat
tegang sih, kalau pas dokter ngorek-ngorek sampai dekat gusi. Sakit! Atau
mungkin ini yang dinamakan cinta? Eh, ngilu? Kemudian aku praktikkan
nasihat dokter tadi. Rileks, bernapas lewat mulut. Well, memang nggak
mengurangi rasa sakitnya sama sekali.
Enggak tahu
udah berapa lama aku buka mulut dan si dokter mengubek-ubek *cari aja di
google arti mengubek-ubek* gigi dan gusiku, soalnya aku juga nggak sempat
pasang stopwatch. Dokter lalu menyuruh berkumur.
Nggak ada
darahnya. Puji Tuhan!
Kirain udah
selesai. Ternyata belom. Masih ada sesi kedua. –“
Kali ini
dokter malah bilang, “Yang ini agak sakit ya, Mbak. Mungkin nanti ada darahnya,
soalnya karangnya udah sampai ke dalam gusi.”
What? Double
mampus!
Tapi aku
bisa apa? Demi gigi yang bersih, rela, deh!
Ternyata
emang bagian ini yang paling sakit, aku sampai mundur-mundurin kepala ke belakang.
Aku merasa lebih baik ditelan bumi saat itu juga!
Si dokter
sama si mbak perawat yang ngebantu ngobrol sesuatu tentang gigiku, aku nggak
peduli. Selain nggak dengar terlalu jelas akibat suara mesin scalling yang
masih saja berisik, aku juga terlalu berkonsentrasi sama mulutku. “Ya Tuhan,
ini kapan selesainyaa??”
Akhirnya aku
disuruh kumur untuk kedua kalinya. Dan kali ini ini aku tahu gusiku berdarah.
Huaa! Sampai habis air yang disediakan aku buat kumur.
Tugas dokter
selesai. Sekarang gantian mbak perawat yang memberikan obat—nggak tau apa itu,
nggak nanya—ke gusiku. Rasanya sepet-sepet kecut gitu. Terus disuruh kumur
lagi.
Akhirnya....
Ini yang
membuat aku masih agak-agak nggak percaya waktu kakakku tanya ke dokter gimana
dengan gigiku.
Aku nggak
tahu gimana persisnya, intinya gigi taring susu punyaku masih ada!
Lah,
ternyata belum copot toh semasa SD dulu? Jadi, aku punya empat gigi taring
sekarang? Dan itulah
yang menyebabkan gigi depan atasku nggak rapi selama ini. hmmm...
Kata dokter
juga, karena letak gigi taring dewasanya berada di tempat yang sulit
dibersihkan, bisa memacu karies gigi kalau pembersihannya nggak bersih. (?)
Jadi, harus
dicabut?
Bagusnya ya
dicabut. Tapi kata kakakku nanti dikonsultasikan dengan dokter lagi.
Bagus, deh.
Nggak harus cabut saat itu juga. Masih trauma dengan scalling soalnya.
Tapi cepat
atau lambat, ini gigi pasti juga akan dicabut. Ya tungguin ajalah˜
Setelah scalling, jangan harap
langsung hidup enak dengan gigi bersih. Mau makan-minum, kalau sedikit panas
atau dingin rasanya ngilu. Mau sikat gigi juga ngilu. Huhuhu. Tapi gapapa, cuma
untuk beberapa hari aja. Keep spirit!
Kesimpulannya,
bagi kalian yang merasa punya masalah dengan karang gigi segeralah
konsultasikan ke dokter atau sebelum jadi makin parah. Semakin parah karang
gigi yang kalian pelihara, semakin ngilu saat dibersihkan nanti.
Sebagai
seorang penakut dan nggak tahan rasa sakit kayak aku aja bisa melewatinya,
kalian apalagi.
Dan bagi kalian
yang giginya sehat dan aman sentosa, berbahagialah! Rawat gigi kalian baik-baik
supaya nggak perlu merasakan scalling. Ah, jadi keingat lagi bunyi mesin
scaller.
Terakhir,
jangan lupa periksakan gigi kalian ke dokter enam bulan sekali!
Salam! :)